Jika menyebut kata pasar, pasti yang terlintas di benak kita adalah
sebuah tempat di mana kita bisa menemukan berbagai macam barang dengan
beragam harga. Pasar identik dengan keramaian dan interaksi jual beli,
secara harfiah kata ‘pasar’ merujuk pada salah satu dari berbagai
sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana
usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran
yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian masyarakat.
Tahukah kamu, jika di berbagai daerah di Indonesia terdapat beberapa pasar yang memiliki keunikan dari sistem jual-beli hingga barang yang dijual. Berbeda dari pasar pada umumnya yang menjual berbagai barang standar seperti kebutuhan pokok, pasar-pasar di berbagai daerah di Indonesia ini memiliki keunikannya tersendiri. Beberapa pasar berikut akan membuatmu tercengang-cengang kagum, antara lain:
1. Pasar Terapung Muara Kuin
Pasar Terapung Muara Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar terapung ini merupakan pasar terapung pertama yang ada di Indonesia. Pasar ini merupakan pasar pagi yang mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit menjadi penanda dimulainya hiruk pikuk jual-beli di antara para pedagang yang mayoritas wanita. Pasar ini juga mencerminkan perekonomian masyarakat Banjarmasin di sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya setiap paginya. Para pedagang wanita ini akan menjual dagangannya dengan mengunakan perahu atau dalam bahasa Banjar disebut jukung. Barang-barang yang bisanya dijual di pasar ini seperti hasil bumi dan aneka kuliner tradisional. Ada dua jenis pedagang di pasar ini yaitu, Dukuh dan Panyambangan. Dukuh merupakan pedagang yang menjual hasil kebun sendiri atau hasil kebun titipan tetangga. Sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut Panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Pada tahun 2000-an pasar ini pernah dijadikan sebagai latar tempat dari opening sebuah stasiun TV swasta Indonesia. Keunikan dari pasar ini mencerminkan budaya masyarakat Banjar yang hangat. Kamu bisa datang ke sini untuk sekadar berfoto-foto atau juga bisa naik jukung dan menikmati berbagai macam kuliner yang juga dijual di pasar ini sembari menikmati suasana pagi di sekitar Sungai Barito.
2. Pasar Beriman Tomohon – Minahasa
Dari Banjarmasin kita beralih ke Sulawesi Utara. Terdapat sebuah pasar tradisional yang terletak di Kabupaten Minahasa, kurang lebih satu jam dari pusat kota Manado. Sekilas Pasar Tomohon ini tampak seperti pasar tradisional pada umumnya. Mulai dari penjual sayuran, tukang daging, hingga berbagai jenis keperluan dapur lainnya tampak tak ada yang istimewa dengan pasar ini. Namun saat kita melangkah lebih jauh lagi ke dalam pasar, terdapat banyak lapak yang menjual daging dari binatang yang tidak umum untuk dimakan.
Di pasar ini kamu dapat menemukan para pedagang daging hewan yang tak lazim seperti, kelelawar/kalong, ular, tikus, kucing, anjing, dan masih banyak lagi. Bagi orang awam hal tersebut bisa terbilang ekstrem, namun berbeda untuk masyarakat Minahasa yang memang gemar menyantap daging dari hewan-hewan tersebut. Pasar ini pernah mendapat kecaman keras dari asosiasi pecinta binatang internasional. Tak tanggung-tanggung mereka melayangkan petisi kepada pemerintah RI untuk menghentikan kegiatan perdagangan hewan di Pasar Beriman Tomohon. Namun perdagangan hewan di Pasar ini masih berlangsung hingga saat ini.
3.Pasar Triwindu
Pasar yang satu ini diibaratkan surga harta karun bagi mereka penggemar barang-barang antik dan sarat akan nilai sejarah. Saat menyusuri lorong-lorong di pasar ini kamu bisa dengan mudah menemukan gerai-gerai yang menjajakan aneka macam koleksi barang-barang antik, seperti koin kuno, lukisan, patung, pajangan-pajangan indah yang terbuat dari porselen, lampu-lampu minyak, keris, hingga beragam perangkat elektronik jadul seperti gramafon, radio tua, mesin jahit dan setrika arang tempo dulu. Beberapa kios ada juga yang menawarkan fosil prasejarah dari Sangiran dan beberapa senjata kuno yang diklaim merupakan milik keluarga kerajaan Surakarta.
Memasuki pasar Windujenar ini, ada keasyikan tersendiri bagi para pengunjung. Hal ini terbukti saat kamu berjalan mengelilingi pasar yang khas dengan nuansa autentik jaman dulu, kamu juga dapat menikmati atmosfer historical yang di tawarkan Kota Solo. Tidak semua barang yang dijual di pasar barang antik atau barang kuno, di sini juga terdapat barang-barang replikanya. Uniknya, di Pasar Triwindu ini juga masih berlaku sistem barter. Kamu bisa menukar barang antik yang kamu punya dengan barang yang ditawarkan penjual, asal barang milikmu benar-benar menarik dan harganya sepadan dengan barang yang kamu inginkan.
4. Pasar Bisu
Pasar ini terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pasar Bisu ini merupakan pasar ternak yang khusus melakukan transaksi jual-beli hewan ternak sapi dengan cara transaksi yang tak lazim. Di sini penjual dan pembeli tidak mengucapkan sepatah katapun saat proses jual-beli. Para pedagang dan pembeli memiliki teknik khusus dalam proses tawar-menawar, di mana mereka akan saling berjabat tangan yang sebelumnya telah ditutupi oleh kain sarung terlebih dahulu. Proses tawar-menawar ini akan berlangsung hingga hasil akhir telah disepakati kedua belah pihak. Dengan adanya teknik jual-beli yang terbilang unik ini, Pasar ini dijuluki Pasar Bisu. Tradisi unik dalam jual beli sapi ini sudah berlangsung sejak dahulu kala. Masyarakat sekitar menyebut tradisi ini dengan istilah “marosok” atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan meraba. Keunikan pasar bisu ini juga pernah diceritakan dalam sebuah novel Best Seller yang berjudul “Negeri 5 Menara”. Novel ini juga pernah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, dimana pada salah satu adegannya kita dapat melihat ayah dari tokoh utama yang diperankan oleh David Chalik melakoni peran jual-beli sapi di Pasar Bisu ini.
5. Pasar Kaget
Jika biasanya pasar kaget ada di alun-alun kota atau pusat keramaian, maka berbeda dengan pasar kaget yang berada di Wamena, Papua ini. Di sana ada pasar kaget di tengah hutan yang menawarkan barang-barang untuk dijual, seperti beragam souvenir dan cinderamata yang terbuat dari taring babi hingga kampak batu. Benar-benar bikin kaget bukan?
Pasar ini biasanya hanya ada saat wisatawan datang berkunjung ke pemukiman suku Dani di Wamena. Harga yang ditawarkan pun beragam mulai dari RP. 200.000 s/d RP. 1.000.000, namun tak perlu bersedih karena kamu juga bisa menawar harga barang-barang yang ada di Pasar Kaget ini. Kebanyakan para perempuan Suku Dani yang akan menjual kalung dan aksesoris. Sedangkan prianya akan menjual tombak, panah, dan kampak batu. Uniknya lagi, para Suku Dani di sini masih menggunakan pakaian adatnya, yaitu koteka untuk pria dan jerami untuk perempuannya.
Tahukah kamu, jika di berbagai daerah di Indonesia terdapat beberapa pasar yang memiliki keunikan dari sistem jual-beli hingga barang yang dijual. Berbeda dari pasar pada umumnya yang menjual berbagai barang standar seperti kebutuhan pokok, pasar-pasar di berbagai daerah di Indonesia ini memiliki keunikannya tersendiri. Beberapa pasar berikut akan membuatmu tercengang-cengang kagum, antara lain:
1. Pasar Terapung Muara Kuin
Pasar Terapung Muara Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar terapung ini merupakan pasar terapung pertama yang ada di Indonesia. Pasar ini merupakan pasar pagi yang mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit menjadi penanda dimulainya hiruk pikuk jual-beli di antara para pedagang yang mayoritas wanita. Pasar ini juga mencerminkan perekonomian masyarakat Banjarmasin di sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya setiap paginya. Para pedagang wanita ini akan menjual dagangannya dengan mengunakan perahu atau dalam bahasa Banjar disebut jukung. Barang-barang yang bisanya dijual di pasar ini seperti hasil bumi dan aneka kuliner tradisional. Ada dua jenis pedagang di pasar ini yaitu, Dukuh dan Panyambangan. Dukuh merupakan pedagang yang menjual hasil kebun sendiri atau hasil kebun titipan tetangga. Sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut Panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Pada tahun 2000-an pasar ini pernah dijadikan sebagai latar tempat dari opening sebuah stasiun TV swasta Indonesia. Keunikan dari pasar ini mencerminkan budaya masyarakat Banjar yang hangat. Kamu bisa datang ke sini untuk sekadar berfoto-foto atau juga bisa naik jukung dan menikmati berbagai macam kuliner yang juga dijual di pasar ini sembari menikmati suasana pagi di sekitar Sungai Barito.
2. Pasar Beriman Tomohon – Minahasa
Dari Banjarmasin kita beralih ke Sulawesi Utara. Terdapat sebuah pasar tradisional yang terletak di Kabupaten Minahasa, kurang lebih satu jam dari pusat kota Manado. Sekilas Pasar Tomohon ini tampak seperti pasar tradisional pada umumnya. Mulai dari penjual sayuran, tukang daging, hingga berbagai jenis keperluan dapur lainnya tampak tak ada yang istimewa dengan pasar ini. Namun saat kita melangkah lebih jauh lagi ke dalam pasar, terdapat banyak lapak yang menjual daging dari binatang yang tidak umum untuk dimakan.
Di pasar ini kamu dapat menemukan para pedagang daging hewan yang tak lazim seperti, kelelawar/kalong, ular, tikus, kucing, anjing, dan masih banyak lagi. Bagi orang awam hal tersebut bisa terbilang ekstrem, namun berbeda untuk masyarakat Minahasa yang memang gemar menyantap daging dari hewan-hewan tersebut. Pasar ini pernah mendapat kecaman keras dari asosiasi pecinta binatang internasional. Tak tanggung-tanggung mereka melayangkan petisi kepada pemerintah RI untuk menghentikan kegiatan perdagangan hewan di Pasar Beriman Tomohon. Namun perdagangan hewan di Pasar ini masih berlangsung hingga saat ini.
3.Pasar Triwindu
Pasar yang satu ini diibaratkan surga harta karun bagi mereka penggemar barang-barang antik dan sarat akan nilai sejarah. Saat menyusuri lorong-lorong di pasar ini kamu bisa dengan mudah menemukan gerai-gerai yang menjajakan aneka macam koleksi barang-barang antik, seperti koin kuno, lukisan, patung, pajangan-pajangan indah yang terbuat dari porselen, lampu-lampu minyak, keris, hingga beragam perangkat elektronik jadul seperti gramafon, radio tua, mesin jahit dan setrika arang tempo dulu. Beberapa kios ada juga yang menawarkan fosil prasejarah dari Sangiran dan beberapa senjata kuno yang diklaim merupakan milik keluarga kerajaan Surakarta.
Memasuki pasar Windujenar ini, ada keasyikan tersendiri bagi para pengunjung. Hal ini terbukti saat kamu berjalan mengelilingi pasar yang khas dengan nuansa autentik jaman dulu, kamu juga dapat menikmati atmosfer historical yang di tawarkan Kota Solo. Tidak semua barang yang dijual di pasar barang antik atau barang kuno, di sini juga terdapat barang-barang replikanya. Uniknya, di Pasar Triwindu ini juga masih berlaku sistem barter. Kamu bisa menukar barang antik yang kamu punya dengan barang yang ditawarkan penjual, asal barang milikmu benar-benar menarik dan harganya sepadan dengan barang yang kamu inginkan.
4. Pasar Bisu
Pasar ini terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pasar Bisu ini merupakan pasar ternak yang khusus melakukan transaksi jual-beli hewan ternak sapi dengan cara transaksi yang tak lazim. Di sini penjual dan pembeli tidak mengucapkan sepatah katapun saat proses jual-beli. Para pedagang dan pembeli memiliki teknik khusus dalam proses tawar-menawar, di mana mereka akan saling berjabat tangan yang sebelumnya telah ditutupi oleh kain sarung terlebih dahulu. Proses tawar-menawar ini akan berlangsung hingga hasil akhir telah disepakati kedua belah pihak. Dengan adanya teknik jual-beli yang terbilang unik ini, Pasar ini dijuluki Pasar Bisu. Tradisi unik dalam jual beli sapi ini sudah berlangsung sejak dahulu kala. Masyarakat sekitar menyebut tradisi ini dengan istilah “marosok” atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan meraba. Keunikan pasar bisu ini juga pernah diceritakan dalam sebuah novel Best Seller yang berjudul “Negeri 5 Menara”. Novel ini juga pernah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, dimana pada salah satu adegannya kita dapat melihat ayah dari tokoh utama yang diperankan oleh David Chalik melakoni peran jual-beli sapi di Pasar Bisu ini.
5. Pasar Kaget
Jika biasanya pasar kaget ada di alun-alun kota atau pusat keramaian, maka berbeda dengan pasar kaget yang berada di Wamena, Papua ini. Di sana ada pasar kaget di tengah hutan yang menawarkan barang-barang untuk dijual, seperti beragam souvenir dan cinderamata yang terbuat dari taring babi hingga kampak batu. Benar-benar bikin kaget bukan?
Pasar ini biasanya hanya ada saat wisatawan datang berkunjung ke pemukiman suku Dani di Wamena. Harga yang ditawarkan pun beragam mulai dari RP. 200.000 s/d RP. 1.000.000, namun tak perlu bersedih karena kamu juga bisa menawar harga barang-barang yang ada di Pasar Kaget ini. Kebanyakan para perempuan Suku Dani yang akan menjual kalung dan aksesoris. Sedangkan prianya akan menjual tombak, panah, dan kampak batu. Uniknya lagi, para Suku Dani di sini masih menggunakan pakaian adatnya, yaitu koteka untuk pria dan jerami untuk perempuannya.
Komentar
Posting Komentar